Kesalahan Berbahasa di Media (2)

Kamis, 26 April 2012 | komentar

 Ambiguitas (Ketaksaan)


Dalam teks berjalan (running text), tertuliskan SEJUMLAH TV ASING LIPUT PERNIKAHAN KRATON YOGYA. Pertanyaannya, siapa yang MENIKAH? Putrinya atau Keratonnya???
Perhatikan frasa PERNIKAHAN KRATON YOGYA!!! Seharusnya pula, kata Kraton ditulis dengan KERATON...sesuai KBBI IV 2008...Salam kenal bung Karni!!!!

 "PULSA RAKYAT, DISEDOT PENGUSAHA", lagi-lagi salah tulis atau salah ketik yah??? Mengapa pakai koma ditengah kalimat tersebut? mengakibatkan kalimat tidak jelas dan tidak dapat dimengerti.

Gawat, Jupe dicekal!!! Masalahnya, yang dicekal itu Jupe atau paspor milik Jupe? Cekal merupakan akronim dari Cegah Tangkal perihal mencegah seseorang masuk dan keluar Indonesia karena bermasalah dalam hukum. Jadi mudah saja, pakailah kata dalam kalimat berikut "Jupe DITOLAK Masyarakat Banyuwangi" atau "Jupe DILARANG konser di Pacitan" atau "Jupe tidak diberi izin masyarakat Semarang".


Kata Serapan

Rabu, 25 April 2012 | komentar

 Kesalahan dalam penyerapan bahasa asing terjadi dalam kata "managemen" yang seharusnya "manajemen", kata aslinya "Management".
SHOCK sebaiknya ditulis dengan Bahasa Indonesia menjadi Kaget, Terpukul, atau Terkejut. Padahal, kata sifat dari nomina shock adalah shocked. 

Contoh Kesalahan Berbahasa Indonesia

| komentar (1)

Gambar-gambar ini menunjukkan gejala KUMINGGRIS. Artinya penulisan Bahasa (asing) Inggris yang belum tepat penggunaannya, apalagi salah pola frasa seperti gambar pertama. Gambar pertama seharusnya ditulis "Bus Shelter". Lebih baik lagi ditulis dengan Bahasa Indonesia seperti "Pemberhentian Bus".
 Letak tulisan "Slow Down" ini di depan Rumah Sakit Siloam Karawaci. Faktanya, masyarakat yang melewati jalan ini adalah pengendara mobil, motor, pengangkutan umum, dan pejalan kaki yang berwarga negara INDONESIA.
 Kira-kira, SIAPA pembaca tulisan di bus kuning ini? Awalnya, bus kuning ini kampanye untuk mengurangi polusi udara, namun tulisannya berupa bahasa asing. Nah, apakah semua orang Indonesia dapat berbahasa Inggris?

Parahnya, kata statistic tidak ditulis statistics sebagai nomina. Setali tiga uang, kata possesions kurang satu huruf 's' yang seharusnya menjadi Possessions. Sudah Kuminggris, Nginggris pula...

Kesalahan Bahasa Indonesia di Media (3)

| komentar

 Apa itu NGINGGRIS???
 Ini merupakan gejala sok-sokan pemakaian Bahasa Inggris atau malah mereka tidak tahu apa Bahasa   Indonesia untuk Reshuffle.



 Dalam KBBI IV 2008, dapat tersua lema "Pembancuhan" yang berarti "Perombakan".
 Mengapa tidak ditulis "Perombakan Kabinet"???
Berikut kesalahan fatal dari penulisan frasa. Sebaiknya menggunakan kata "hubungi" atau "panitia".

WAMEN dan ANARKIS

| komentar


Anomali Pemakai Bahasa Indonesia

Akhir-akhir ini Bapak Denny Indrayana sebagai Wakil Menteri Hukum dan Ham (Wamenkumham) sangat aktif melakukan inspeksi mendadak atau sidak yang meninmbulkan pro dan kontra. Namun sayang, penyebutan akronim Wamen untuk Wakil Menteri banyak yang keliru. Para Jurnalis (wartawan, reporter, pembaca berita, kontributor dsb.) bahkan kita, acap kali mengucapkan 'WAMEN' dengan bunyi /e/ dalam kata 'eja', 'lebar', 'paten'. Padahal, bunyi /e/ untuk kata 'WAMEN' harusnya seperti /e/ dalam kata 'emas', 'beras', 'jelas' atau dikenal e pepet, karena Wa untuk wakil dan Men untuk Menteri.
Diperparah lagi dengan berita demonstrasi kenaikan harga BBM. Banyak judul berita menuliskan DEMO MAKIN BRUTAL DAN ANARKIS. Kenyataannya, anarkis ialah (nomina orang) penganut paham kekerasan/ kekacauan, orang yang melakukan kekacauan di suatu negara. Sementara, kata anarkistis yakni (kata sifat) bersifat anarki. Asalnya dari kata anarki berarti (nomina) kekacauan di suatu negara. Untuk suatu paham/ ajaran menentang setiap kekuatan negara disebut anarkisme. Jadi, sebaiknya untuk penulisan judul berita atau apapun bentuknya diharapkan “DEMO MAKIN BRUTAL DAN ANARKISTIS”
Dalam suatu percakapan, sering terdengar "Do you speak BAHASA?" Mengapa orang lebih suka menyebut Bahasa Indonesia dengan "Bahasa"? Seharusnya "Do you speak Indonesian?" Nyatanya, arti Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun (KBBI Edisi IV). Bahasa diterjemahkan ke Bahasa Inggris menjadi “language” (berdasar Indonesian-English dictionary by John M Echols 3rd edition p.41) contoh: English = Bahasa Inggris, Russian = Bahasa Rusia dsb. Nah, jadi pakailah "I speak Indonesian" ketimbang "I speak Bahasa".

9 April 2012


KATA 'EVAKUASI'

| komentar


Kekeliruan Penyerapan Bahasa Asing

Setiap datang tahun baru, kita acapkali menentukan resolusi untuk masa mendatang sebagai janji besar untuk lebih baik dan sukses. Namun, kata resolusi tidak dapat diserap langsung begitu saja ke dalam bahasa Indonesia lalu diterjemahkan sebagai janji besar atau visi serta kegiatan di masa datang yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Penyerapan dan penerjemahan tidak serta-merta mengubah kata, frasa atau kalimat saja melainkan dengan memperhatikan konsep kata, frasa atau kalimat serta pesan yang ingin disampaikan. Kata Resolution sebagai bahasa sumber (Bahasa Inggris) perlu ditinjau kembali ketika diserap dan diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (Bahasa Indonesia).
Resolution memiliki beberapa makna berdasarkan Oxford Advanced Learner’s Dictionary 8th edition. Pertama, Resolution memiliki arti a formal statement of an opinion agreed on by a committee or a council, especially by means of a vote atau keputusan dan kebulatan pendapat yang disetujui oleh anggotanya dalam suatu pertemuan, rapat, terutama melalui musyawarah atau pengambilan suara terbanyak. Kedua Resolution berarti the act of solving or settling a problem atau cara atau langkah dalam menyelesaikan masalah. Ketiga Resolution memiliki arti the quality of being resolute or determined atau sifat dalam menentukan sesuatu dan keempat arti resolution ialah a firm decision to do or not to do atau kurang lebih suatu kebulatan keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Tetapi tersua dalam KBBI edisi IV bahwa resolusi berarti putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Artinya, kata resolusi kurang pas untuk dipakai sebagai janji besar atau suatu perubahan yang dilakukan di tahun berikutnya. Terdapat makna yang cukup jelas berbeda antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
Setali tiga uang, kata koridor sudah sangat terkenal dan kental di masyarakat karena menjadi nama rute untuk Bus TransJakarta. Padahal, kata ini berasal dari corridor yang memiliki arti a long narrow strip of land that follows the course of an important road or river atau jalan darat sempit dan panjang yang terdapat lajur khususnya di darat atau sungai. Berbeda dengan KBBI edisi IV, kata koridor berarti lorong dalam rumah; lorong menghubungkan gedung satu dengan gedung lain atau tanah (jalan) sempit menghubungkan daerah terkurung atau tanah  menghubungkan dua bagian negara dan jalur lalu lintas yg dimiliki suatu negara yg memintas negara lain.
Parahnya, media cetak dan elektronik sudah menyerap mentah-mentah kata evacuation menjadi evakuasi. Seiring banyak kecelakaan transportasi yang terjadi di Indonesia, tulisan seperti ‘evakuasi korban’, ‘evakuasi mobil yang tercebur ke sungai’, ‘evakuasi bus yang terperosok ke jurang’, ‘evakuasi kereta api batu bara’ dan ‘evakuasi jenazah’. Padahal, kata evakuasi memiliki makna pengungsian dan pemindahan penduduk dari daerah berbahaya. Untuk mobil, bus, kereta, pesawat dan jenazah disarankan menggunakan kata pemindahan, pengangkatan, penyingkiran dsb.


9 Maret 2012

Contoh Pleonasme (Pengulangan Kata)

| komentar (1)


Pleonasme

Lagi-lagi perihal bahasa lisan. Para pemakai Bahasa Indonesia baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam acara resmi sering kali memakai kata yang mubazir (berlebihan) dan memiliki arti sama. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV menerangkan pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.
Contoh terbaru dapat tersua dalam kalimat “kalau misalnya pemerintah memutuskan kenaikan harga BBM menjadi…” Kata kalau memiliki maksud makna yang sama dengan kata misalnya. Sama halnya dengan beberapa pejabat publik atau masyarakat yang senang sekali berbicara diulang-ulang secara tidak sadar. Ketika menjelaskan serangan wabah penyakit baru, mereka menerangkan bahwa “Tomcat adalah merupakan jenis serangga yang….”. Padahal, kata adalah sama dengan merupakan. Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional 2008, adalah bersinonim dengan ialah, merupakan, sama dengan, yakni dan yaitu.
Saking senangnya seseorang setelah memenangkan ajang penghargaan musik tahunan, dia langsung bilang, “kami berterima kasih pada…., kami sangat bersyukur sekali….” Kata senang diulang dengan kata sekali. Fenomena pemborosan ini sering terjadi ketika kita tak sadarkan diri atau ketidakpahaman kita terhadap suatu makna kata. Parahnya, ada beberapa kata yang tanpa sadar dan tanpa dipahami, sering kita ulang seperti misalnya, contohnya seperti, hanya cuma, alternatif lain, agar supaya, warta berita dan warga masyarakat, Prioritas Utama.
Menuju DKI 1 atau Pemilukada (Pemilihan Umum Kepala Daerah) DKI Jakarta segera dilkasanakan Juli 2012 mendatang. Media melaporkan ada 6 pasang bakal calon Gubernur DKI Jakarta ini yang akan mendaftar di KPUD Jakarta. Dalam hal ini, Bakal Calon dimaksudkan untuk pasangan yang belum resmi mendaftar di KPUD dan Calon dimaksudkan untuk pasangan yang sudah resmi mendaftar di KPUD. Tersua dalam Tesaurus Bahasa Indonesia bahwa sinonim kata Calon ialah aspiran, bakal, jago, kader, kadet, kandidat, magang, peserta, bahan, bakal, benih, bibit dan sosok. Terbukti, dalam Bahasa Indonesia, kata Calon bersinonim dengan kata Bakal. Mengapa harus menyebut bakal calon? Apakah seorang laki-laki yang akan menikah juga disebut bakal calon suami? Setelah tunangan, apakah baru disebut calon suami? Tidak perlu berlebihan dan pemborosan kata yang diucapkan. Dengan kata calon atau bakal ataupun kandidat dapat digunakan dengan aman dan nyaman. Tidak ada pemborosan, mubazir dan berlebihan. Semoga setiap Pemilukada dan Pemilu 2014 tidak akan terjadi 2 putaran untuk menghemat atau mencegah pemborosan biaya, bukan begitu?  
5 April 2012

TELEVISI dan BAHASA INDONESIA

| komentar


Warta

Lagi-lagi tentang penggunaan kosakata Bahasa Indonesia. Kali ini, berurusan dengan kawan-kawan di media massa. Perlu diingat, acara televisi seharusnya tidak hanya sekedar ‘tontonan’ melainkan ‘tuntunan’. Banyak judul acara di televisi menggunakan bahasa asing. Mungkin, Bahasa Inggris lebih ‘tinggi’ kedudukannya dari pada Bahasa Indonesia, bagi seseorang yang menganggap atau memandang orang/ bahasa asing lebih tinggi dari pada dirinya, atau lebih bergengsi dan menarik pemirsa serta cepat dipahami penonton.
Padahal, menurut Dendy Sugono Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kosakata Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga (2001) memuat 78.000 lema bahkan dalam pengembangan istilah, melalui kerja sama Mabbim telah menghasilkan 340.000 istilah dan melalui kerja sama dengan Microsoft, telah dialihkan sekitar 250.000 kata dan istilah asing ke dalam Bahasa Indonesia. Mengapa kita belum dapat menggunakan kosakata Bahasa Indonesia dengan tepat dan benar?
Masih ingatkah dengan acara berita berjudul Warta Berita? Sepintas tidak ada masalah dengan judulnya tapi ini suatu pengulangan kata yang sama atau redundancy. Padahal, kata warta dalam KBBI Edisi IV berarti berita atau kabar. Jadi, dapat diartikan frasa warta berita menjadi berita berita. Setali tiga uang, masih rendahnya pemahaman penggunaan kosakata juga terjadi dalam kata deportasi dalam acara Big Brother Indonesia. Kata deportasi  digunakan bagi peserta yang gagal dan keluar disebabkan tidak dapat bertahan dengan peserta lain dalam satu rumah. Dalam KBBI Edisi IV, kata deportasi memiliki arti pembuangan, pengasingan, atau pengusiran seseorang ke luar suatu negeri sebagai hukuman, atau karena orang itu tidak berhak tinggal di situ, sementera mendeportasi ialah memulangkan ke negara asal. Memang kita harus sangat berhati-hati dalam memilih kosakata untuk sebuah judul atau suatu istilah dalam permainan untuk dapat menarik pemirsa.
Lucunya, televisi juga menghadirkan suatu suguhan yang tidak semestinya dihadirkan di rumah melalui acara Termehek-mehek. Kosakata Bahasa Indonesia tidak mengenal lema ini. Pun ungkapan ini tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Faktanya, acara ini menunjukkan suatu pemecahan masalah dengan ribut-ribut atau perkelahian tanpa melalui musyawarah. Begitu juga dengan acara berjudul Wara-wiri yang tidak dikenal dalam kosakata Bahasa Indonesia. Acara ini sangat tidak jelas maksud dan tujuannya sama sekali seperti judulnya. Ungkapan Wara-wiri yang sebenarnya berasal dari Bahasa Jawa, sangatlah kurang pas untuk digunakan, seharusnya para tim kreatif menggunakan kata Wira-wiri yang memiliki makna berjalan hilir-mudik atau mondar-mandir.
Intinya, sampai kapan kosakata Bahasa Indonesia tidak digunakan sesuai dengan kaidah bahasa? Penggunaan kosakata asing sudah berlebihan dan sering dijumpai dalam acara televisi seperti Kick Andy, Today’s Dialogue, Jakarta Lawyer’s Club, Just Alvin, Breaking News dan lebih parah lagi acara berjudul pesbukers.

4 Februari 2012

BUNYI SENGAU dan GEJALANYA

| komentar


Bunyi Sengau

Seperti yang ditulis Kasijanto Sastrodinomo, KOMPAS 26 Agustus 2011, Simulfiks ng hanya terjadi dalam cakapan lisan yang tak-baku dan, karena itu, cukup alasan untuk diasingkan dari ragam resmi. Ada kalanya ng dianggap merusak tatanan bahasa yang baik dan benar. Beliau mencontohkan kata ngacir, ngablak, ngakak pengaruh dari Bahasa Betawi serta kata ngopi, ngrujak, ngeh, ngumpul, dan ngumar yang mendapat pengaruh dari Bahasa Jawa.
Lanjut beliau, simulfiks diwujudkan dengan penyengauan bunyi pertama suatu bentuk dasar, dan berfungsi membentuk verba (memverbalkan nomina), adjektiva atau kelas kata lain. Namun, Saya akan memberikan alasan dan contoh lain dari pengaruh bunyi sengau (nasal) ini. Terlepas dari Bahasa Betawi dan Bahasa Jawa, bunyi sengau juga sering digunakan oleh banyak orang dalam bahasa lisan. Tidak hanya bunyi /ng/, bahkan bunyi /m/, /n/, dan /ny/ juga sering terdengar di obrolan yang kurang serius bahkan rapat resmi. Parahnya, kita juga sering mendengar kata kerja yang ditambahkan akhiran [-i], kebanyakan menjadi [-in].
Marilah sadari bersama bahwa kita lebih nyaman dengan kata berbunyi /ng/ seperti ngetik, ngonsep, ngoleksi. Awalnya, kata dasar verba ini diawali huruf [K] seperti ketik, konsep, koleksi serta ditambah awalan [me-] yang seharusnya mengetik, mengonsep, mengoleksi. Demikian dengan bunyi /m/ yang muncul dan sering diucapkan seperti maku, milih, minjam, meras. Asal kata tersebut adalah paku, pilih, pinjam, peras dan jika ditambah dengan prefiks [me-] seharusnya menjadi memaku, memilih, meminjam dan memeras. Gejala ini bermula dari verba yang diawalai dengan huruf [P].
Kata dasar yang diawali huruf [T] tutup, tagih, tunjuk, tembak juga mengalami hal serupa. Orang lebih senang ngomong kata nutup, nagih, nunjuk, nembak dengan bunyi sengau /n/ ketimbang menutup, menagih, menunjuk dan menembak, jika kata dasarnya diberikan imbuhan [me-]. Jangan heran, kata nyapu, nyambung, nyiram, nyemprot juga lebih sering diucapkan oleh kita ketika ngobrol. Bunyi /ny/ timbul pada kata kerja yang diawali huruf [S] seperti sapu, sambung, siram, semprot ditambah awalan [me-] yang selayaknya menjadi menyapu, menyambung, menyiram, menyemprot.
Tak jarang orang sering ngucapin kata kerja yang mengalami afiksasi dengan prefiks [me-] dan sufiks [-i] atau [-kan] menjadi kata kerja berbunyi /ng/,/ny/,/m/,/n/ dan akhiran [-in]. Kata musingin, ngembaliin, nidurin, nyambungin merupakan bentuk verba terafiksasi yang sering terdengar di lisan orang Indonesia sebagai pemakai Bahasa Indonesia.
   Itulah ciri bahasa lisan kita yang dipengaruhi bunyi sengau dan Bahasa Betawi plus Bahasa jawa. Rumusnya yakni kata diawali huruf [K,T,S,P] menjadi bunyi /m,n,ny,ng/. Singkatnya, jika verba diawali huruf [P] maka akan timbul bunyi sengau /M/, jika verba diawali huruf [T] maka bunyi nasal /n/ akan muncul, jika kata kerja diawali huruf [K] timbullah bunyi /ng/, dan bunyi /ny/ diucapkan jika verba diawali huruf [S].

12 Maret 2012

Kesalahan Bahasa Inggris di Bus Transjakarta (BUSWAY)

| komentar



Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di Bus TransJakarta

Pada hari Sabtu pagi, 17 Desember 2011 saya menumpang bus TransJakarta koridor 9 dari halte Slipi menuju halte Stasiun Cawang. Tiba-tiba saya melihat tulisan tertempel besar di kaca jendela bus TransJakarta bertuliskan “Area Khusus Wanita” dengan terjemahan “Ladie’s Area”. Dengan cepat saya mengeluarkan telepon seluler untuk mengabadikan pemandangan indah ini. Terdapat kesalahan penulisan bahasa Inggris yang seharusnya ditulis “Ladies’ Area”. Parahnya, penerjemahan yang sepadan untuk frasa ini bukan “Area Khusus Wanita”, melainkan menjadi “Daerah Kewanitaan”. Sepertinya perlu diperhatikan lagi jika ingin membuat peraturan dengan dua bahasa. Sepatutnya, penerjemahana “Area Khusus Wanita” selayaknya diterjemahkan dengan mudah menjadi “Area for Ladies”.

Setelah turun dari bus, saya melihat tulisan “Antrian Khusus Wanita” dengan terjemahan “Line for Ladie’s”. Terdapat 2 kesalahan fatal baik bahasa sumber (bahasa Indonesia) maupun bahasa sasaran (bahasa Inggris). Kata Antrian seharusnya ditulis Antrean dan kata Ladie’s seharusnya ditulis Ladies. Sungguh memalukan terdapat banyak kesalahan dari penggunaan bahasa di bus TransJakarta. Belum lagi penggunaan kata Koridor untuk nama tujuan atau rute bus ini. Dalam KBBI edisi IV Koridor adalah (1) lorong dalam rumah; lorong yg menghubungkan gedung yang satu denag gedung lain; (2) tanah (jalan) sempit yang menghubungkan daerah terkurung dengan contoh beberapa traktor dikerahkan untuk membuat koridor yang akan dilalui pasukan; (3) tanah yang menghubungkan dua bagian negara; (4) jalur lalu lintas yang dimiliki suatu negara yang memintas negara lain. Sebaiknya, kata Koridor diganti dengan kata Rute yang lebih dapat mewakili maksud dan tujuan pembuat proyek bus TransJakarta ini.

18 Desember 2012

BERITA BANJIR DAN BAHASA

| komentar


Berita Banjir di TV

Pemberitaan banjir dalam beberapa siaran berita di televisi seolah mengingatkan warga Jakarta untuk waspada dan berhati-hati. Pada 12 Februari 2010, debit air di bendungan Katulampa meningkat sehingga warga di Jakarta khususnya daerah yang sering terkena banjir mulai berbenah.
Baik TVone maupun Metro TV menginformasikan bahwa beberapa rumah di kawasan Kalibata, Rawajati, Bukit Duri, Kampung Melayu dikepung banjir. Bahkan di daerah hulu, yakni Bogor, sudah direndam banjir karena curah hujan di Bogor meningkat. Banjir di Jakarta disebabkan banjir kiriman dari Bogor. Tetapi, warga sekitar Kanal Banjir Timur (KBT), yang telah dicanangkan pemerintah, tidak terkena dampaknya. Kurang lebih seperti ini berita yang disampaikan oleh para pewarta kita.
Saya menyesalkan penggunaan bahasa Indonesia dalam pemberitaan tersebut. Mengapa harus menggunakan kata ‘direndam’ dan ‘dikepung’? Bukankah ‘dilanda’ atau ‘digenangi’ lebih tepat? Apa maksudnya ‘banjir kiriman’? Apakah ada pelaku yang ‘mengirim’ banjir? Sampai saat ini saya masih dibuat bingung dengan arti Banjir Kanal Timur (BKT) yang sudah lama dibangun Pemprov Jakarta. Jadi mana yang benar KBT atau BKT? Wallahu ‘alam.

14 Februari 2010

Doktor atau Dokter

| komentar


Penulisan Gelar Dokter Medis

Saya memberangsangkan diri menanggapi tulisan Bapak Dharma K Widya di KOMPAS Minggu 27 Desember 2009 mengenai Singkatan Penulisan Gelar Bermasalah. Saya setuju dengan beliau bahwa penggunaan bahasa Indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan EYD.
Tetapi Saya kurang setuju dengan tulisan berikut. Penulisan gelar untuk dokter medis yaitu “Dr.” bukan kesalahan pengguna semata tetapi juga beberapa ketentuan yang salah serta menyarankan Mendiknas untuk merevisinya karena yang berlaku secara internasional yaitu penulisan “Dr.” dengan memiliki dua arti: dokter medis dan doktor (S-3).
Menurut saya, dokter medis di beberapa negara biasanya ditulis dengan “Dr. Med.” (Medical Doctor). Di Indonesia, pasien di rumah sakit, Puskesmas atau klinik menyebutnya bahkan memanggilnya dokter bukan doktor. Cobalah untuk menggeledah mengancar Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga halaman 272 maka tersua jelas lema dokter. Anda sendiri menyebut seorang dokter medis dengan doktor. Seorang doktor kadang-kadang dipanggil dengan menyebut kata ”doktor” di depan namanya. Untuk lebih jelas, penulisan singkatan dr. atau Dr. pun tertera di halaman 1325.
Sesuai dengan buku Prof. Dr. Benny H. Hoed, ini merupakan penerjemahan menggunakan teknik padanan budaya (cultural equivalent) halaman 78. Seperti A level Exam diterjemahkan Ujian SPMB. Mengapa Mendiknas yang harus merevisi ketentuan ini? Bukannya ini tanggung jawab Pusat Bahasa?    


 28 Desember 2009

Kesalahan Penggunaan Bahasa Asing

| komentar


Semakin lama saya semakin bingung dengan masyarakat Indonesia yang cenderung lebih senang menggunakan bahasa Asing ketimbang bahasa Indonesia. Padahal, pendekar bahasa Indonesia sekaligus munsyi, Anton M. Moeliono, menyarankan Rembuk Nasional daripada National Summit dan Dian Purba menegaskan alih-alih Tour d’Indonesia, lebih baik Jelajah Indonesia (KOMPAS, 4 Desember 2009)..
Ketika menuju daerah Blok M, saya dikejutkan dengan 3 kesalahan penggunaan bahasa asing sekaligus. Di depan saya melintas mobil dinas PLN dengan tulisan berbahasa Inggris Say No to Theft Energy. Selain itu, saya melewati sebuah warnet terpampang tulisan besar Game Online. Mengapa bukan Energy Theft dan Online Game? Bukannya pola bahasa Inggris itu M-D (Menerangkan-Diterangkan)?
Parahnya lagi, ketika bis TransJakarta berhenti di halte Monas, pengumuman tentang pemberhentian berikutnya yang berbahasa Inggris terdengar seperti ini Checks your belonging and step carefully. Dengarkan baik-baik kata Check! Yang pernah saya pelajari, setiap kata perintah tidak perlu akhiran -s atau -es. Contohnya Open the door! Close the window! Check your belongings! Saya ingin pinjam istilah untuk gejala ini dari Remy Sylado: nginggris!
Begitu juga dengan Tour d’Indonesia yang salah. Prima Sulistya W. (pebahasa Perancis) menjelaskan bahwa apostrof dalam bahasa Perancis hanya digunakan apabila preposisi bertemu dengan kata yang diawali dengan vokal atau huruf h. Jadi, kalau masih belum siap berbahasa asing, gunakan dan cintai bahasa Indonesia! Mengapa harus gengsi?


Jakarta, 28 Desember 2009

Nopember atau November

| komentar (2)


Mana yang baku, Nopember atau November?

Saya malu dengan penggunaan bahasa Indonesia yang dipakai oleh penutur asli Indonesia khususnya pemerintah, media cetak dan elektronik serta masyarakat luas. Sepertinya mereka masih harus belajar (lagi) bahasa Indonesia agar tidak salah tulis dan bingung berbicara bahasanya sendiri.
Masih terjadi kebingungan dengan kata baku antara bulan Nopember dan November. Penulisan Nopember terjadi dalam surat resmi di kantor pemerintahan dan pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS). Jika membuka KBBI edisi keempat, anda akan bersua dengan lema November sebagai bentuk baku.
Masih ada pewarta yang menuliskan dan mengucapkan mensukseskan, mensosialisasikan, menyontek, memperhatikan dsb. Dalam EYD dan kaidah bahasa Indonesia, setiap kata diawali huruf S, T, K dan P seperti sapu, tukar, koreksi dan paku mendapat prefiks me- akan bernasalisasi/ sengau (m, ny, atau ng) menjadi menyapu, menukar, mengoreksi dan memaku. Kecuali kata serapan asing seperti syah, tranformasi, kredit, prediksi menjadi mensyahkan, mentranformasi, mengkredit, memprediksi. Jadi kita tidak akan lagi salah mengucap dan menulis melainkan menyukseskan, menyosialisasikan, mencontek dan memerhatikan.  
Rakyat harus menyukseskan PEMILU. PEMILU memang sudah lewat, tapi PILKADA akan menjadi menu rutin di daerah di Indonesia dengan cara memberikan tanda contreng untuk pilihan kita. Contreng atau centang? Dalam KBBI, yang diterima sebagai kata baku adalah centang atau conteng. Lalu mengapa muncul kata contreng untuk sosialisasi melalui iklan PEMILU?

30 November 2009

ARTI KATA REMEDIAL

| komentar


Penyimpangan Makna Kata REMEDIAL

             Ujian Nasional yang akan tetap dilaksanakan bulan Maret 2010 mendatang mengakibatkan banyak murid merasa terbebani dan stress. Padahal, gugatan tentang Ujian Nasional ini sudah dimenangkan oleh Mahkamah Agung untuk melarang UN. Buktinya banyak murid yang mengikuti ujian harian di sekolah harus ujian ulang karena nilai mereka di bawah SKM.  Akhirnya guru pun menyuruh murid yang tidak lulus untuk ikut remedial. Kata remedial sudah mengalamai penyimpangan makna yang jauh dari aslinya.
             Tahukah Anda arti dari remedial? Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia John M. Enchols dan Hassan Sadilly, remedial berarti yang berhubungan dengan perbaikan.  Contohnya remedial measures usaha-usaha/tindakan-tindakan perbaikan atau remedial reading perbaikan membaca. Ini tidak dimaksudkan untuk ujian di bawah SKM yang diulang seperti yang terjadi di setiap sekolah saat ini.
            Selain itu, dalam Oxford Dictionary 2009 remedial yang merupakan kelas kata sifat, berarti giving or intended as a remedy dan provided or intended for children with learning difficulties atau pemberian perbaikan dan diperuntukkan bagi anak yang memiliki kesulitan belajar. Kita bisa golongkan suatu bimbingan belajar merupakan tempat remedial bagi murid setelah jam belajar di sekolah.
             Parahnya lagi, dalam KBBI edisi ketiga sudah sangat jelas, kata remedial sudah diserap menjadi bahasa Indonesia memiliki arti berhubungan dengan perbaikan dan pengajaran ulang bagi murid yang hasil belajarnya jelek.
             Kalau memang boleh, saya menyarankan para pendidik baik di sekolah maupun di Depdiknas untuk menggunakan (kembali) istilah ujian susulan atau ujian ulang dikarenakan nilai yang di bawah standar kelulusan ketimbang remedial. Kita berharap untuk lebih memerhatikan (lagi) penggunaan bahasa Indonesia kita agar tidak terkesan centang-perenang, bukan begitu?

30 November 2009

Pemerintah dan Kesalahan Bahasa Indonesia

| komentar



Berselang dua minggu dari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2009, pengguna bahasa Indonesia masih belum memerhatikan kaidah sesuai dengan EYD terutama pemerintah dan media elektronik. Bahkan cenderung menggunakan bahasa asing.
Saya cukup menyesalkan beberapa media elektronik yang menyebut dunia entertain berulang-ulang dalam acara infotainmen terutama di Trans TV, ketimbang dunia hiburan yang aslinya dunia entertainment. Selain itu penulisan gelar untuk dokter medis pada peliputan haji di TV One ditulis ‘Dr.’ terkadang ‘DR.’ Padahal ini gelar doktoral jenjang S-3 dan ‘DR.’ diperuntukkan honoris causa bukannya menuliskan ‘dr.’ untuk bidang medis. Di Trans 7, acara Mister Tukul episode Bali, terdapat tulisan Holand yang salah ejaan melainkan Holland dan masih banyak lagi tulisan yang salah dalam acara ini.
Setali tiga uang, ketua Komisi III DPR mengatakan fact finding ditujukan untuk TIM 8 sebagai pencari fakta yang bahasa Inggrisnya fact finder. Parahnya lagi, tanggal 15 November 2009, di kawasan Kota Tua  berlaku Car Free Day di mana sepeda motor, bajaj, bemo, bis, truk dan jenis lainnya bisa melewati kawasan ini karena hari bebas mobil. Bahkan mobil pribadi pun dapat bebas melewati kawasan Kota Tua, karena hari bebas kendaraan bukannya hari bebas dari kendaraan. Semoga semua pihak dapat lebih mencintai (lagi) bahasa Indonesia. Amiiin!


28 November 2009

Peringatan dan Pengeboman

| komentar



Bom yang ditemukan oleh Tim Densus 88 di Jati Asih Bekasi membuat semua pihak merasa lega dan berterima kasih pada POLRI. Bom ini telah disiapkan oleh para teroris dan diduga untuk mengebom Istana Negara Jakarta pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Memang, saya cukup setia menonton tayangan tentang perburuan teroris di televisi. Namun, dalam teks berjalan, tiba-tiba terdapat tulisan “Peringatan: TVone tidak mengadakan penarikan undian…”, ini membuat perhatian saya terhadap berita perburuan teroris sedikit terpecah. Mengapa demikian?
Kata peringatan sama-sama dipakai di dua kalimat yang berbeda. Pertama, ‘…peringatan hari kemerdekaan RI,” dan kedua ‘Peringatan: TVone tidak…” Kata peringatan yang pertama berarti mengenang, mengadakan suatu perayaan atau memuliakan suatu peristiwa. Sementara peringatan yang kedua berarti teguran atau nasihat.
Saya kurang setuju penggunaan peringatan yang kedua. Sebagai teguran atau nasihat, sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga terbitan Pusat Bahasa, sebaiknya kita memakai nomina pengingatan yang diturunkan dari verba mengingatkan dengan arti mengingat akan; memberi ingat; memberi nasihat (teguran dsb.) bukannya peringatan.
Sehingga, TVone (baca:Tivi wan) adalah pengingat permirsa untuk tidak tertipu dalam penarikan undian yang nyatanya tidak diadakan stasiun TV tersebut. Artinya, permirsa diingatkan oleh TVone. Bersyukurlah bahwa stasiun TV ini mengingatkan pemirsanya.
Jika ingin suatu perayaan atau mengenang peristiwa, maka gunakanlah morfem -per. Jadi, rakyat Indonesia memperingati peringatan hari kemerdekaan RI ke-64. Artinya, hari kemerdekaan RI ke-64 diperingati oleh rakyat Indonesia tanpa bom. Jelas bukan?
Setelah bom meledak di dua hotel di Mega Kuningan awal Juli lalu, semua media elektronik ramai memberitakan situasi pascaledakan secara langsung. Beberapa pewarta di lapangan bertelewicara kepada rekannya di studio: “Pemboman terjadi di kawasan Mega Kuningan ini dilakukan oleh….”
Penulis Cerpen Sori Siregarr mengatakan “Berbahasa Indonesia saja kita masih centang-perenang.” Terbukti banyaknya penggunaan kata pemboman oleh berbagai media di Indonesia. Kata dasar bom sebagai nomina menjadi verba mengebom dengan mengalami proses morfofonemik, yakni sebuah morfem yang dapat bervariasi bentuknya.
Contohnya, prefiks me- menjadi menge- terutama untuk kata bersuku satu, berkelas kata seperti nomina pengecatan, pengeboran, pengelasan, dan pengecoran dengan asal kata cat, bor, las, dan cor. Jadi, reportase di televisi seharusya Pengeboman di Mega Kuningan dilakukan oleh jaringan Noordin M. Top.
 Akhrinya, peringatan hari kemerdekaan RI ke-64 dapat diperingati dengan aman tanpa pengingatan dari stasiun televisi untuk tidak tertipu oleh penipuan undian berhadiah. Mudah-mudahan kelompok Noordin M. Top di Indonesia dapat dibumihanguskan oleh Densus 88 secepatnya. Amin!


Agustus 2009

(Mencoba) Mendomestikasi Bahasa Asing

| komentar


(Mencoba) Mendomestikasi Bahasa Asing

Bentuk ‘neokolonialisme’ terjadi bukan hanya dalam bidang perekonomian dan bisnis, tetapi terjadi terhadap bahasa Indonesia. Cita-cita bangsa ini yang juga tercantum dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lama-kelamaan akan sirna. Tidak akan ada lagi yang namanya ‘Berbahasa satu, bahasa Indonesia.’ Buktinya apa? Banyak murid dan mahasiswa/i tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia terbukti dari nilai Ujian Nasional yang lebih rendah ketimbang matematika dan bahasa Inggris. Selain itu, guru yang mengajar bahasa Indonesia di kelas baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi masih kurang baik dan kurang menarik minat mereka. Pasalnya, pengajaran yang diberikan guru masih konvensional yakni mencatat di papan tulis dan memberikan tugas atau latihan di LKS.
Hal yang paling ingin digarisbawahi adalah mengenai penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris, Mandarin, Perancis dll.) yang berlebihan oleh media: mulai dari iklan televisi, judul film, percakapan dalam film, serta pemerintah atau pejabat. Lihat saja papan iklan besar di pinggir jalan seperti penggunaan kata untuk istilah properti: ‘Real Estate’, ‘Residence’, ‘Mansion’, ‘Pent House’, ‘City Resort’ yang mungkin masih kurang tepat dalam penggunaannya atau salah konsep. Seharusnya kata tersebut diterjemahkan secara fonologis menjadi ‘Rel Estat’, ‘Residen’, ‘Regensi’, ‘Mensyen’, ‘Resot’ atau terjemahkan secara literal atau harfiah menjadi perumahan, kompleks, kota, bukit, bumi, taman, kemudian diikuti nama daerah di mana perumahan itu dibangun seperti ‘Bumi Sawangan’, ‘Regensi Pamulang’, ‘Taman Bukit Baranang’ dan lain-lain.
Jadi, jika tidak begitu menguasai bahasa asing, lebih baik pemasar menggunakan bahasa Indonesia, sehingga tidak terjadi kesalahan konsep yang memalukan dalam menggunakan bahasa asing.
Parahnya lagi, ada kalimat ‘Let the taste out’ di papan iklan rokok di sisi jalan dan ini merupakan kesalahan yang fatal. Karena kata ‘Let’ dalam bahasa Inggris harus diikuti nomina kemudian verba seperti ‘Let me go’, sedangkan kata ‘out’ merupakan preposisi. Mengapa tidak menggunakan bahasa Indonesia? Atau dapat saja diterjemahkan menjadi ‘Rasakan nikmatnya!’, ‘Cobalah kenimatannya!’, ‘Dapatkan rasanya!’, ‘Biarkan rasa berbicara!’, ‘Rasa adalah segalanya!’. Mudah dan indah bukan, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia?
Penggunaan bahasa asing yang berlebihan juga dapat kita lihat dalam acara televisi seperti ‘Extravaganza’, ‘City View’, ‘Dorce Show’, ‘Kick Andy’, ‘Breaking News’, ‘Expedition’, ‘Happy Show’, ‘Deal or No Deal’ bukannya ‘Berita terbaru’ atau ‘Berita Terkini’, ‘Bincang dengan Dorce’, ‘Ekspedisi’, ’Setuju atau Batal’. Begitu juga dengan judul film di bioskop seperti ‘Get Married’, ‘Eiffel I’m in Love’, ‘Me vs. High heels’, ‘High school musical’, ‘Soul’ yang kualitasnya masih lebih baik dari film Indonesia dengan judul berbahasa Indonesia seperti ‘Daun di atas Bantal’, ‘Laskar Pelangi’, ‘Ayat-Ayat Cinta’ dsb.
Identitas bangsa dicirikan dengan budaya dan bahasa bangsa tersebut. Semakin banyak bahasa itu digunakan, maka semakin terlihat identitas bangsa tersebut. Bayangkan jika bahasa Indonesia sudah jarang digunakan, berarti bangsa ini sudah hilang identitasnya. Jepang, Inggris, Cina, Arab, Jerman, Perancis adalah bangsa yang bahasanya digunakan hampir di seluruh dunia dan konsisten terhadap penggunaan tata bahasa, susunan kata dan kosa kata.
Selain itu, banyak toko besar menggunakan pula nama asing, seperti ‘Giant’, ‘Hyperstore’, ‘Hypermart’, ‘Town square’, ‘Mall’, ‘Plaza’, ‘City’ dan banyak lagi. Lelah dan kesal rasanya jika setiap hari ada istilah atau kata-kata asing baru yang digunakan oleh pemasar, media dan pemerintah.
Kalangan pemerintah juga menggunakan bahasa asing seperti ‘busway’, ‘monorail’, ‘waterway’, ‘flyover’, ‘underpass’. Mereka seharusnya menerjemahkannya menjadi jalan susun bawah tanah atau jasunbata, jembatan layang, transjakarta, kereta Jakarta dsb. Bangsa ini belum sepakat bahwa bahasa Inggris adalah bahasa kedua seperti di Singapura, Malaysia, India, Hongkong melainkan masih bahasa asing.
Ini merupakan tugas penerjemah, pemerintah, anggota DPR, pusat bahasa, pengajar, dosen, media, peserta didik serta peneliti untuk dapat mendomestikasi (domesticating) bahasa asing dengan tujuan meneruskan cita-cita Sumpah Pemuda 1928, meningkatkan nasionalisme seperti negara Jepang, Korea Selatan, Rusia serta memperkaya kosa kata bahasa Indonesia yang diserap atau diterjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia sehingga kita memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat atau kelima yang lebih lengkap, mewakili dan komprehensif, bukannya ‘foreignisation’ forenisasi atau asingnisasi. Apa gunanya Kamus Kata Serapan Asing yang disusun oleh J.S. Badudu?

18 Desember 2008

Selebritas

| komentar


Selebritas

“Kualitas Acara Masih Buruk”, merupakan judul suatu artikel di KOMPAS 5 Juli 2009 dan ini berdasarkan hasil survei “rating” publik keempat yang digelar Yayasan Sains Etika dan Teknologi pada April – Mei 2009. Hasilnya, acara Kick Andy (Metro TV) dianggap berkualitas. Sebaliknya, program terburuk didominasi sinetron, talk show dan reality show. Saya setuju, karena pemirsa dijadikan tolok ukur dalam survei ini.
Selain beberapa program terburuk ini, banyak pula tayangan informasi dan gosip tentang orang-orang terkenal atau pemain sinetron dalam acara Kabar-Kabari, Halo Selibriti, Kasak-kusuk, Insert (informasi selebriti) dan sebagainya yang lebih tidak berkualitas. Tak heran, hampir semua stasiun TV menulis kata selebriti atau selebritis untuk status seseorang yang diwawancarai. Bahkan penulisan kata artis pun kerap terjadi dan ditujukkan baik untuk pemain sineron/film maupun musisi/penyanyi. Ada pula tayangan terbaru di salah satu stasiun TV swasta yakni Realgi atau Realiti Religi serta Selebriti Anak. Setali tiga uang, penggunaan kata serapan reality menjadi realiti.
Lama-lama saya bingung sendiri terhadap fenomena kata serapan asing ini. Menurut kaidah penerjemahan, ini disebut penerjemahan fonologis atau phonology translation yang ditulis Newmark dalam bukunya The Handbook of Translation 1989. The word in the target language is not found out equivalent so the translator decides to create the new word in which the sound phonologically and graphologically is adapted from the source language, artinya jika kata dalam teks sasaran tidak ditemukan padanannya maka penerjemah menciptakan kata baru sesuai dengan bentuk fonologis atau bunyi yand diadaptasi dalam bahasa sumber.

Jika memang demikian, nomina (noun) quality diterjemahkan menjadi kualitas, quantity menjadi kuantitas, commodity menjadi komoditas, stability menjadi stabilitas. Maka, kata-kata dalam bahasa Inggris yang memiliki sufiks -ity akan berubah sufiks dalam bahasa Indonesia menjadi -tas. Mengapa celebrity menjadi selebriti atau selebritis?
Akan tetapi, apakah Bahasa Indonesia mempunyai morfem terikat -tas? Andai saja morfem ini termasuk ke dalam sufiks, jadi secara morfologis, kata celebrity dapat dialih eja menjadi selebritas alih-alih selebrti atau selebritis. Ternyata, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003:237-238) edisi ketiga terbitan Pusat Bahasa, Bahasa Indonesia memiliki sufiks yang diserap dari kata asing yakni -isme, -(is)sasi, -logi dan -tas.
Tetapi saya semakin bingung ketika membuka KBBI (2002:1019) edisi ketiga terbitan Pusat Bahasa. Mengapa KBBI menuliskan lema selebriti? Apa yang menjadi alasan sehingga Pusat Bahasa memasukkan lema selebriti? Setali tiga uang, kenyataanya KBBI dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Kesimpulannya, sebagai penerjemah saya lebih ‘nyaman’ menggunakan kata selebritas dengan alasan mengikuti kaidah penerjemahan dengan teknik phonology translation. Selain itu, semua nomina yang bersufiks -ity dialihejakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi -tas bila mengacu kepada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Mudah-mudahan para pembuat acara di stasiun TV lebih memerhatikan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai kaidah. Amin!

Juli 2009

Kosakata Media Massa

| komentar

Lagi-lagi tentang penggunaan kosakata Bahasa Indonesia. Kali ini, berurusan dengan kawan-kawan di media massa. Perlu diingat, acara televisi seharusnya tidak hanya sekedar ‘tontonan’ melainkan ‘tuntunan’. Banyak judul acara di televisi menggunakan bahasa asing. Mungkin, Bahasa Inggris lebih ‘tinggi’ kedudukannya dari pada Bahasa Indonesia, bagi penganut inferior complex yakni seseorang yang menganggap atau memandang orang/ bahasa asing lebih tinggi dari pada dirinya, atau lebih bergengsi dan menarik pemirsa serta cepat dipahami penonton.

Memang bukan masalah yang besar, akan tetapi menjadi suatu ancaman bagi kita jika Bahasa Indonesia disalahgunakan, mengingat Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah atau pelajaran atau mata kuliah di Negeri Belanda, Australia dan beberapa negara lainnya. Padahal, menurut Dendy Sugono Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, kosakata Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga (2001) memuat 78.000 lema bahkan dalam pengembangan istilah, melalui kerja sama Mabbim telah menghasilkan 340.000 istilah dan, melalui kerja sama dengan Microsoft, telah dialihkan sekitar 250.000 kata dan istilah asing ke dalam Bahasa Indonesia. Mengapa kita belum dapat menggunakan kosakata Bahasa Indonesia dengan tepat dan benar?

Masih ingatkah dengan acara berita berjudul Warta Berita? Sepintas tidak ada masalah dengan judulnya tapi ini suatu pemborosan kata (redundancy). Padahal, kata warta dalam KBBI Edisi IV berarti berita atau kabar. Jadi, dapat diartikan frasa warta berita menjadi berita berita. Setali tiga uang, masih rendahnya pemahaman penggunaan kosakata juga terjadi dalam kata deportasi dalam acara Big Brother Indonesia. Kata deportasi  digunakan bagi peserta yang gagal dan keluar disebabkan tidak dapat bertahan dengan peserta lain dalam satu rumah. Dalam KBBI Edisi IV, kata deportasi memiliki arti pembuangan, pengasingan, atau pengusiran seseorang ke luar suatu negeri sbg hukuman, atau krn orang itu tidak berhak tinggal di situ; sementera mendeportasi ialah memulangkan ke negara asal. Memang kita harus sangat berhati-hati dalam memilih kosakata untuk sebuah judul atau suatu istilah dalam permainan untuk dapat menarik pemirsa.

Lucunya, televisi juga menghadirkan suatu suguhan yang tidak semestinya dihadirkan di rumah melalui acara Termehek-mehek. Kosakata Bahasa Indonesia tidak mengenal lema ini. Pun ungkapan ini tidak ditemukan dalam KBBI. Faktanya, acara ini menunjukkan suatu pemecahan masalah dengan ribut-ribut atau perkelahian tanpa melalui musyawarah. Begitu juga dengan acara berjudul Wara-wiri yang tidak menggunakan kosakata Bahasa Indonesia. Acara ini sangat tidak jelas maksud dan tujuannya sama sekali seperti judulnya. Ungkapan Wara-wiri yang sebenarnya berasal dari Bahasa Jawa, sangatlah kurang pas untuk digunakan, tetapi seharusnya Wira-wiri yang memiliki makna berjalan hilir-mudik atau mondar-mandir.

Intinya, sampai kapan kosakata Bahasa Indonesia tidak digunakan sesuai dengan kaidah bahasa? Penggunaan kosakata asing sudah berlebihan dan sering dijumpai dalam acara televisi seperti Kick Andy, Today’s Dialogue, Jakarta Lawyer’s Club, Just Alvin, Breaking News dan lebih parah lagi acara berjudul Pesbukers.

18 Agustus 2011

JENIS PENERJEMAHAN

| komentar

Berikut Jenis-jenis penerjemahan:


1. Penerjemahan Teks Tulisan 
    (Written Translation)

a. Penerjemah Tersumpah


Yaitu penerjemah yang telah diuji oleh Universitas Indonesia dan telah diambil sumpah oleh Gubernur DKI Jakarta.


Umumnya, jasa penerjemah tersumpah digunakan untuk dokumen-dokumen resmi dan bernilai hukum, seperti surat perjanjian, kontrak, dll.


b. Penerjemah Tidak Tersumpah


Yaitu penerjemah yang belum diuji oleh Universitas Indonesia dan belum diambil sumpah oleh Gubernur DKI Jakarta.


Umumnya, jasa penerjemah tidak tersumpah digunakan untuk penerjemahan artikel, tulisan, buku, dlll. Namun demikian, jasa penerjemah tidak tersumpah bisa juga digunakan untuk dokumen-dokumen resmi, bergantung kebutuhan konsumen.



2. Penerjemahan lisan (Interpreter)

Consecutive Interpreter
Yaitu interpreter yang mendengarkan dan menginterpretasi ucapan pembicara setelah pembicara berhenti sejenak guna memberikan waktu kepada interpreter untuk menginterpretasi. Dengan kata lain, interpreter memberikan interpretasi setelah pembicara berhenti bicara.
Komunikasi antar orang biasanya menggunkan jasa interpreter ini.


Simultaneous Interpreter


Yaitu interpreter yang mendengarkan dan menginterpretasi ucapan pembicara pada waktu bersamaan ketika pembicara sedang berbicara tanpa berhenti sejenak. Umumunya, interpreter ini digunakan pada seminar atau konvensi bertaraf Internasional.



3. Subtitling/ Dubbing 
    (teks dalam video/ sulih suara) 

Approaches to Translation: Idioms, Words and Texts

| komentar

Approaches to Translation: Idioms, Words and Texts 
Pemadanan Idiom Inggris



Whistle Blower, 
Whistle Blower = Susno Duadji
Apa padananya?
Wartawan menulis ‘peniup peluit’
Jelaskah makna frasa ‘peniup peluit’?
Punyakah Bahasa Indonesia istilah seperti ini?


Apakah maknanya bertalian dengan wasit di lapangan? Agen polisi di jalan? Atau kepala stasiun kereta api? 


Masih ada maknanya yang tidak dapat dijabarkan dari arti leksikal unsur katanya masing-masing. 



Setiap bahasa di dunia mempunyai satuan seperti contoh di atas.
Namanya idiom yang bercorak idiomatik.


Idiom a whistle blower ialah a person who tells police, reporters, etc. about something (such as a scandal or a crime) that has been kept secret, and feels he has to do it. (Merriam-Webster 2008).



===========================================

Whistle Blower = Penyingkap Aib
Menggambarkan orang yang membuka noda, cela, salah.  
Idiom lain dalam bahasa Inggris:
Road map?
Road show?
Shortcut?
On Board?
On Line? 

===========================================

Kata dituliskan dalam konteks dengan cara melihat kolokasi, fungsi gramatika, dan posisi dalam susunan kata dalam kalimat. 


Kata juga berada dalam konteks situasi nyata atau imaginatif, latar belakang budaya, topik dan pengalamanya yang dibagikan kepada pembaca.


Semua kata dapat diterjemahkan secara bebas dengan melihat konteks dan teks.

===========================================
Penerjemahan teks:
Dilakukan dari hal yang terkecil yakni memahami konsep kata dan objek nyatanya.
Kemudian melihat hal seperti morfem terikatnya.
Memahami konsep makna dari morfem (bebas dan terikat)
Kata fungsi yang memiliki aturan-aturan dalam setiap bahasa. 
Memahami istilah teknis dan nama diri.






TIPS & TRICKS IN TRANSLATING

| komentar

Tips dalam menerjemahkan teks!

1.Terjemahkan satu per satu (kata) secara langsung.
2. Pahami konsep kata yang ada dalam BSu dan Bsa dengan melihat budayanya.
3. Perhatikan tingkat kata dalam penerjemahan (Newmark 1991)
4. Perhatikan Konteks (lihat teks menyeluruh: atas bawah, depan belakang, kiri kanan)
5. Carilah teks atau artikel lain yang mirip topiknya dengan teks yang akan diterjemahkan.
6. Gunakan tesaurus, ensiklopedia, glosari dsb. Dan wawasan Anda sebagai sumber dalam menerjemahkan.
7. Banyak berlatih dan menerima ‘job’ orang…!!!

ALSO REMEMBER!!!
-Avoid repetition (repeated words)
-FIND OUT the same article in the TL!
-USE the STYLE of the TL!
-Translate phrase per phrase then mix and match them.
-Don’t focus on the SL words too much!

Editing/ Evaluating Steps in Translation

| komentar


Editing/ Evaluating

What is ‘editing’?
Editing = to edit
Editor = noun person
Editing is a way of thinking critically and reading carefully
Proofreading (also proof-reading) traditionally means reading a proof copy of a text in order to detect and correct any errors. Modern proofreading often requires reading copy at earlier stages as well.

 Job Descriptions as an Editor
1. To check and improve completed stories and write headlines
2. To check facts, spelling, and grammar for handling major revisions
3. To check naturalness, style and equivalence (in translation)
4. To check Cohesion and Coherence
5. To check the Readers Target (TL oriented)

Jobs as an Editor
1. Copy editor
2. Tape editor (Broadcast and Online)
3. Design/ Layout editor (Print and Online)
4. News Producer/ writer (Broadcast)
5. News Editor (Copy Chief)
6. Book Editor (Translated and Non Translated)
7. Etc.


Preparing to be an editor
1. The ability to think clearly and critically about issues and events
2. The vision to measure the story’s impact in terms of meaning and relevance to audience
3. The determination to accuracy, clarity, fairness and balance.
4. The skill to turn ‘disorganised’ stories into powerful ones
5. The ability to organise and work cooperatively with others.

Editors’ Challenges
1. Word bias
2. Figure of speech
3. Word and cultural equivalence
4. Diction
5. Punctuation
6. Cohesion and Coherence
7. MD-DM pattern
8. Ambiguity (ketaksaan)
9. Terminology
10. Naturalness

Editing Steps
1. Reading for understanding
2. Improving the organization and focus
3. Editing for accuracy
4. Editing for grammar and style
5. Editing for language and sentence structure


Editors’ Tools
1. A good dictionary : Webster’s, Cambridge, Oxford, Enchols
2. KBBI edisi keempat 2008
3. Thesaurus Bahasa Indonesia (Eko Endarmoko)
4. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
5. EYD (ejaan yang disempurnakan)
6. Google/ Internet
7. Encyclopedia
8. Expert
9. Etc.


How to translate?

| komentar

How to translate?
1. Analysis
2. Translating/ Transferring
3. Editing/ Evaluating

* Analysis 


     #AUDIENCE DESIGN & NEEDS ANALYSIS
       Who will read the text next?
       What do the readers need?
       What is our goal in translating the text?

       @REMEMBER , Translation should focus on CLIENT ORIENTED!

    #TEXT ANALYSIS deals with:
     -What do you analyse?
     -Intention of the text 
     -The Readership
     -Setting
     -Text Styles
     -Attitude

    #MEANING ANAYSIS
    - General (external meaning) 
    - Close (internal meaning)
    
   # GENERAL MEANING is about
      SURFACE STRUCTURE
      It means we analyse the source text.

     What type of text is it?
     What is the text about?
     What is the language style?
     What is the structure?

   # CLOSE MEANING ANALYSIS (DEEP STRUCTURE)
         Denotation = sign and indication of a word objectively.

        Connotation = an idea or feeling which a word invokes in addition to its primary meaning

        Collocation = concerned with how words go together.  e.g.: cat’s wings or bird’s wings

        Figurative senses =  based on associative relations with the primary senses. e.g. metaphor, 
                                       personification, hyperbole, idioms, irony etc.



* Translation
   concern about: 
   1.  Word level
   2.  Sentence level
   3.  Text level
   4.  Cohesive level

*Evaluation/ Editing/ Restructuring
You should edit and check-recheck your project 

Please Check and Edit:
-NATURALNESS LEVEL
-EQUIVALENCE
-TL GRAMMAR
-SPELLING
-Culture
-Concept




Apa itu penerjemahan?

| komentar

Ada beberapa definisi dari berbagai sumber mengenai penerjemahan. Penerjemahan berasal dari Bahasa Arab Tajammah yang berarti mengalihbahasakan suatu bahasa ke bahasa lain. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga terjemah/ menerjemahakan merupakan menyalin /memindahakan suatu bahasa ke bahasa lain atau mengalihbahasakan. 
Selain itu, penerjemahan menurut Hoed (23:2006) adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa (misalnya bahasa Inggris) ke dalam tekas bahasa lain (misalnya bahasa Indonesia). Memang bukan suatu hal yang mudah untuk menerjemahkan suatu teks. Menyampaikan pesan merupakan kegiatan menerjemahkan yang paling utama wajib dilakuakan. 
Larson menuliskan bahwa pada dasarnya penerjemahan ialah suatu perubahan bentuk dari suatu bahasa. Perubahan ini dapat berupa frasa, klausa, kalimat, paragraf dsb. dalam kaitan lisan maupun tulisan. Ini dilihat dari struktur luarnya saja. Artinya, selain membawa pesan, kegiatan menerjemahkan juga merupakan kegiatan mengubah bentuk bahasa dengan tujuan hasil terjemahan dapat dipahamai sebagai teks yang dapat dinikmati pembaca dan bahkan teks dirasa tidak seperti teks hasil terjemahan.
Jadi, penerjemahan itu proses mengalihbahasa atau mengaliheja secara tulisan suatu bahasa ke bahasa lain tanpa mengubah pesan yang ingin disampaikan. Walaupun terjadi perubahan bentuk (frasa, klausa, kalimat dan paragraf). Seperti yang ditulis Nida dan Taber (12:1974) penerjemahan harus bertujuan untuk menyampaikan pesan. Tetapi penyampaian pesan ini akan mengalami penyesuaian bentuk leksikal dan gramatikal.
Dalam memahami arti penerjemahan, Catford menekankan bahwa penerjemahan harus beerbasis pada kespadanan. Penerjemahan menurut Catford (20:1965) merupakan pergantian materi tekstual dari suatu bahasa (BSu) secara sepadan ke dalam bahasa lain (BSa). Tidak hanya ini, perlu diingat bahwa terjemahan yang baik tidak dirasa seperti hasil terjemahan ketika dibaca.
Singkatnya, ada empat kunci yang diperlukan dalam menerjemahkan teks, yakni:
a. Adanya perubahan bentuk (frasa, klausa, kalimat, paragraf dsb.)
b. Penyampaian pesan (yang tidak diubah/ dipertahankan)
c. Kesepadanan (ekuivalensi)
d. Teks terjemahan yang tidak terasa hasil penerjemahan.

Memang bukan hal yang mudah dalam menerjemahkan suatu teks. Ketika menerjemahkan teks, penerjemah dihadapkan pada perbedaan bentuk frasa, klausa, kalimat teks sumber dan teks sasaran. Setiap bahasa memiliki aturan masing-masing yang dipengaruhi oleh  budaya masing-masing pula. Yang terpenting adalah ketika menerjemahkan suatu kalimat, penerjemah harus menyadari bahwa akan ada perubahan bentuk frasa, klausa dan kalimat. 
Sehingga, penyampaian pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran tetap terjaga, dipertahankan dan tidak berubah walaupun bentuk frasa, klausa, kalimat bahkan struktur berubah. Perlu diingat bahwa sebelum menerjemahkan teks, penerjemah harus menemukan dan mengetahui apa pesan yang ingin disamapaikan penulis. Artinya, penerjemah harus membaca seluruh teks yang ingin diterjemahkan hingga menemukan pesan yang tersirat dalam teks sumber.
Berikut beberapa contoh penerjemahan dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber ke Bahasa Inggris sebagai bahasa sasaran.
BSu (Bahasa Indonesia)
Libur Lebaran sudah dekat, diingatkan kembali kepada Bapak/Ibu untuk melakukan tindakan pengamanan berikut ini jika Bapak/Ibu berencana meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama.
BSa (Bahasa Inggris)
Idul Fitri holidays are coming and we would like to remind you on safety measures if you have plan to leave your home for long period of time, as follows: Brosur untuk Penghuni di Suatu Perumahan

BSu (Bahasa Indonesia)
Menurut Ganjar, pemberian beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa IPK tinggi memang tidak salah.
BSa (Bahasa Inggris)
He added that it was not a mistake about awarding scholarship for the high GPA students and university students.

Kesulitan dalam Menerjemahkan

| komentar

Kesulitan dalam menerjemahkan suatu teks pasti kerap kali terjadi. Berikut beberapa kendala atau kesulitan ketika menerjemahkan:
1. Struktur bahasa atau tata bahasa yang berbeda (posisi kelas kata, frasa, klausa dsb.).
2. Pola bahasa serta gaya dari suatu bahasa tertentu.
3. Pilihan kata yang kurang tepat dalam konteks tertentu.
4. Kata-kata budaya yang kurang mudah untuk ditemukan dalam bahasa sasaran.
5. Istilah dalam suatu bidang berbeda dengan istilah bidang lain.
6. Kesepadanan yang belum ditemukan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
7. Konsep kata yang berbeda dalam suatu bidang tertentu.

Menurut Prof. Hoed 2006, ada beberapa kendala yang perlu diperhatikan penerjemah ketika menerjemahkan suatu teks, yakni:
1. Perbedaan struktur luar suatu bahasa sumber dengan bahasa sasaran.
2. Perbedaan budaya dalam bahasa tersebut.
3. Tingkat pemahaman teks mengenai konteks oleh penerjemah yang berbeda tafsir.
4. Terdapat istilah tertentu bahkan baru yang tidak ada padanannya dalam bahasa sasaran.

Selain itu, kesulitan pun dapat terjadi oleh seorang penerjemah, yakni biasanya:
1. Kurangnya pengetahuan seorang penerjemah dalam suatu bidang tertentu.
2. Belum memiliki pengalaman dalam menerjemhakan berbagai macam teks.
3. Belum berkecimpung dalam suatu kebudayaan dan bidang tertentu seperti istilah makanan, tarian, seni, hukum, kedokteran dsb.

 
© 2012 Bahasa, Budaya, Penerjemahan - Ridwan Arifin

Template : Mas Template
Edited :
Toko Online Perlengkapan Haji dan Umrah
BERANDA | KEMBALI KE ATAS