BUNYI SENGAU dan GEJALANYA

Rabu, 25 April 2012 | komentar


Bunyi Sengau

Seperti yang ditulis Kasijanto Sastrodinomo, KOMPAS 26 Agustus 2011, Simulfiks ng hanya terjadi dalam cakapan lisan yang tak-baku dan, karena itu, cukup alasan untuk diasingkan dari ragam resmi. Ada kalanya ng dianggap merusak tatanan bahasa yang baik dan benar. Beliau mencontohkan kata ngacir, ngablak, ngakak pengaruh dari Bahasa Betawi serta kata ngopi, ngrujak, ngeh, ngumpul, dan ngumar yang mendapat pengaruh dari Bahasa Jawa.
Lanjut beliau, simulfiks diwujudkan dengan penyengauan bunyi pertama suatu bentuk dasar, dan berfungsi membentuk verba (memverbalkan nomina), adjektiva atau kelas kata lain. Namun, Saya akan memberikan alasan dan contoh lain dari pengaruh bunyi sengau (nasal) ini. Terlepas dari Bahasa Betawi dan Bahasa Jawa, bunyi sengau juga sering digunakan oleh banyak orang dalam bahasa lisan. Tidak hanya bunyi /ng/, bahkan bunyi /m/, /n/, dan /ny/ juga sering terdengar di obrolan yang kurang serius bahkan rapat resmi. Parahnya, kita juga sering mendengar kata kerja yang ditambahkan akhiran [-i], kebanyakan menjadi [-in].
Marilah sadari bersama bahwa kita lebih nyaman dengan kata berbunyi /ng/ seperti ngetik, ngonsep, ngoleksi. Awalnya, kata dasar verba ini diawali huruf [K] seperti ketik, konsep, koleksi serta ditambah awalan [me-] yang seharusnya mengetik, mengonsep, mengoleksi. Demikian dengan bunyi /m/ yang muncul dan sering diucapkan seperti maku, milih, minjam, meras. Asal kata tersebut adalah paku, pilih, pinjam, peras dan jika ditambah dengan prefiks [me-] seharusnya menjadi memaku, memilih, meminjam dan memeras. Gejala ini bermula dari verba yang diawalai dengan huruf [P].
Kata dasar yang diawali huruf [T] tutup, tagih, tunjuk, tembak juga mengalami hal serupa. Orang lebih senang ngomong kata nutup, nagih, nunjuk, nembak dengan bunyi sengau /n/ ketimbang menutup, menagih, menunjuk dan menembak, jika kata dasarnya diberikan imbuhan [me-]. Jangan heran, kata nyapu, nyambung, nyiram, nyemprot juga lebih sering diucapkan oleh kita ketika ngobrol. Bunyi /ny/ timbul pada kata kerja yang diawali huruf [S] seperti sapu, sambung, siram, semprot ditambah awalan [me-] yang selayaknya menjadi menyapu, menyambung, menyiram, menyemprot.
Tak jarang orang sering ngucapin kata kerja yang mengalami afiksasi dengan prefiks [me-] dan sufiks [-i] atau [-kan] menjadi kata kerja berbunyi /ng/,/ny/,/m/,/n/ dan akhiran [-in]. Kata musingin, ngembaliin, nidurin, nyambungin merupakan bentuk verba terafiksasi yang sering terdengar di lisan orang Indonesia sebagai pemakai Bahasa Indonesia.
   Itulah ciri bahasa lisan kita yang dipengaruhi bunyi sengau dan Bahasa Betawi plus Bahasa jawa. Rumusnya yakni kata diawali huruf [K,T,S,P] menjadi bunyi /m,n,ny,ng/. Singkatnya, jika verba diawali huruf [P] maka akan timbul bunyi sengau /M/, jika verba diawali huruf [T] maka bunyi nasal /n/ akan muncul, jika kata kerja diawali huruf [K] timbullah bunyi /ng/, dan bunyi /ny/ diucapkan jika verba diawali huruf [S].

12 Maret 2012

Share this article :

Posting Komentar

 
© 2012 Bahasa, Budaya, Penerjemahan - Ridwan Arifin

Template : Mas Template
Edited :
Toko Online Perlengkapan Haji dan Umrah
BERANDA | KEMBALI KE ATAS