Peringatan dan Pengeboman

Rabu, 25 April 2012 | komentar



Bom yang ditemukan oleh Tim Densus 88 di Jati Asih Bekasi membuat semua pihak merasa lega dan berterima kasih pada POLRI. Bom ini telah disiapkan oleh para teroris dan diduga untuk mengebom Istana Negara Jakarta pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
Memang, saya cukup setia menonton tayangan tentang perburuan teroris di televisi. Namun, dalam teks berjalan, tiba-tiba terdapat tulisan “Peringatan: TVone tidak mengadakan penarikan undian…”, ini membuat perhatian saya terhadap berita perburuan teroris sedikit terpecah. Mengapa demikian?
Kata peringatan sama-sama dipakai di dua kalimat yang berbeda. Pertama, ‘…peringatan hari kemerdekaan RI,” dan kedua ‘Peringatan: TVone tidak…” Kata peringatan yang pertama berarti mengenang, mengadakan suatu perayaan atau memuliakan suatu peristiwa. Sementara peringatan yang kedua berarti teguran atau nasihat.
Saya kurang setuju penggunaan peringatan yang kedua. Sebagai teguran atau nasihat, sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga terbitan Pusat Bahasa, sebaiknya kita memakai nomina pengingatan yang diturunkan dari verba mengingatkan dengan arti mengingat akan; memberi ingat; memberi nasihat (teguran dsb.) bukannya peringatan.
Sehingga, TVone (baca:Tivi wan) adalah pengingat permirsa untuk tidak tertipu dalam penarikan undian yang nyatanya tidak diadakan stasiun TV tersebut. Artinya, permirsa diingatkan oleh TVone. Bersyukurlah bahwa stasiun TV ini mengingatkan pemirsanya.
Jika ingin suatu perayaan atau mengenang peristiwa, maka gunakanlah morfem -per. Jadi, rakyat Indonesia memperingati peringatan hari kemerdekaan RI ke-64. Artinya, hari kemerdekaan RI ke-64 diperingati oleh rakyat Indonesia tanpa bom. Jelas bukan?
Setelah bom meledak di dua hotel di Mega Kuningan awal Juli lalu, semua media elektronik ramai memberitakan situasi pascaledakan secara langsung. Beberapa pewarta di lapangan bertelewicara kepada rekannya di studio: “Pemboman terjadi di kawasan Mega Kuningan ini dilakukan oleh….”
Penulis Cerpen Sori Siregarr mengatakan “Berbahasa Indonesia saja kita masih centang-perenang.” Terbukti banyaknya penggunaan kata pemboman oleh berbagai media di Indonesia. Kata dasar bom sebagai nomina menjadi verba mengebom dengan mengalami proses morfofonemik, yakni sebuah morfem yang dapat bervariasi bentuknya.
Contohnya, prefiks me- menjadi menge- terutama untuk kata bersuku satu, berkelas kata seperti nomina pengecatan, pengeboran, pengelasan, dan pengecoran dengan asal kata cat, bor, las, dan cor. Jadi, reportase di televisi seharusya Pengeboman di Mega Kuningan dilakukan oleh jaringan Noordin M. Top.
 Akhrinya, peringatan hari kemerdekaan RI ke-64 dapat diperingati dengan aman tanpa pengingatan dari stasiun televisi untuk tidak tertipu oleh penipuan undian berhadiah. Mudah-mudahan kelompok Noordin M. Top di Indonesia dapat dibumihanguskan oleh Densus 88 secepatnya. Amin!


Agustus 2009

Share this article :

Posting Komentar

 
© 2012 Bahasa, Budaya, Penerjemahan - Ridwan Arifin

Template : Mas Template
Edited :
Toko Online Perlengkapan Haji dan Umrah
BERANDA | KEMBALI KE ATAS