Inilah Contoh Salah Kaprah dalam
Pengucapan Bunyi Huruf [E]
Silakan
coba baca akronim berikut: MENLU, WAMEN, NASDEM, SEKKAB, MENSESNEG!
Jabatan
(politis) baru dalam Kementerian adalah dengan hadirnya Wakil Menteri yang
disingkat Wamen. Tetapi banyak orang termasuk pemerintah dan jurnalis
menyebutkan akronim Wamen salah kaprah. Pasalnya huruf [e] dalam Wamen seperti
diucapkan seperti dalam kata ‘eja’ alias bukan bunyi [e] pepet seperti dalam
kata ‘penat’.
Buktinya, semua huruf [e] dalam kata ‘menteri’ diucapkan seperti
pada kata ‘embun’ dan tidak ada huruf [e] yang diucapkan seperti pada kata ‘merah’.
Begitu juga dengan pengucapan akronim semua menteri dengan bunyi ‘e’ taling
atau seperti dalam kata ‘eka’. Mendagri, Menlu, Menkumham, Mensesneg dan semua
Men-, faktanya Men- berasal dari kata ‘Menteri’ yang semua bunyi huruf [e]
dengan ‘e’ pepet seperti dalam kata ‘elang’.
Partai
baru yang telah lolos verifikasi KPU tahun 2012 ini ialah Partai Nasional
Demokrat atau disingkat Nasdem. Tetapi banyak juga yang salah sebut bunyi huruf
[e] pada akronim Nasdem. Setali tiga uang, huruf [e] ini diucapkan seperti
dalam kata ‘entah’ atau /e/ pepet. Padahal, huruf [e] pada kata ‘demokrat’
diucapkan seperti pada kata ‘erosi’. Sehingga, penyebutan huruf [e] dalam
akrnoim Nasdem diucapkan seperti dalam kata ‘emosi’.
Huruf
[e] dalam kata ‘Sekretaris’ dibaca seperti kata ‘era’ bukan dalam kata ‘emas’. Tetapi
dalam pengucapan sehari-hari akronim SEKKAB, SESNEG, MENSESNEG sering salah diucapkan,
yakni dengan ‘e’ taling seperti dalam kata ‘eka’.
+ komentar + 1 komentar
Kesalahkaprahan berbahasa membuat kita salah kaparah dalam bersikap. Tidak saja secara fonetis, kesalahkaprahan kita secara semantik juga sering terjadi. Ungkapan "mengejar ketertinggalan" contohnya. Bagaimana kita mau maju kalau kita malah mengejar ketertinggalan?
Posting Komentar