Kritik Terhadap Kartu Jakarta Pintar (KJP)
Prolog:
Kartu ini bukan untuk membayar iuran sekolah, karena biaya sekolah sudah ditanggung. Kartu ini hanya dapat digunakan untuk membeli seragam, buku, uang transportasi dan gizi (membeli makanan).
Untuk siswa SMA dan SMK akan diberikan Rp 240 ribu per bulan, SMP Rp 210 ribu per bulan, dan SD Rp 180 ribu per bulan.
Syaratnya, harus ada SKTM dan murid berprestasi berdasar rekomendasi Sekolah ke Dinas.
Analogi:Program ini seperti program Bpk. SBY bernama BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang diberikan ke orang kurang mampu.
Tapi ini diberikan ke Murid kurang mampu. Berhasilkah program BLT?
Analisis:Apakah murid membeli seragam setiap bulan? Apakah mereka membeli buku setiap bulan juga? Apakah murid akan pasti membeli minyak ikan atau madu, jangan-jangan beli rokok? Apakah biaya transportasi Murid SD, SMP dan SMA berbeda? akankah mereka naik angkutan umum atau naik sepeda motor? bagaimana dengan murid yang naik sepeda dan berjalan kaki? Bagaimana cara konkrit mereka diawasi dalam pembelian tiap seragam, buku, transport, dan gizi? apakah angkot ada ‘bon’/ ‘recipt’/ ‘bill’/ struk pembayaran?
Saran:1. sebaiknya murid tidak perlu beli seragam dengan uang dari ATM DKI, tapi langsung diberikan oleh sekolah ke murid. Bagi yang baru daftar, langsung dapat seragam gratis. Toh, biaya sekolah pun bisa gratis. biaya per bulan tersebut utk membiayai seragam ini langsung aja.
2. untuk buku, buku apa yang wajib/ perlu dibeli? sesuaikan dengan kurikulum 2013. Kan, sudah tidak pakai buku lagi di kurikulum baru. semua sudah pakai BSE (Buku sekolah Elektronik). kurikulum 2013 berisi tematik bukan paper-based lagi kok. Setiap orang/ murid bisa unduh tuh di Internet. Gratis tis tis.
3. untuk biaya transportasi tidak perlu diberikan. yang perlu diperbaiki adalah sistem tranportasi umum yang murah dan cepat untuk siapa saja. atau buatkan Kartu Jakarta Pintar sebagai akses untuk naik kendaraan umum, sehingga pelajar tersebut bayarnya dengan murah (harga pelajar).
4. untuk gizi, sebaiknya sekolah/ kantin menyediakan jajanan asupan gizi seperti madu, temu lawak, minyak ikan, dsb. dengan menunjukkan KJP, murid akan mendapat harga yg lbh murah bahkan gratis.
Sebaiknya Gebrakan Jokowi juga dengan membuat sistem belajar-mengajar yang berbeda juga dengan mutu kualitas yang lebih baik, seperti negeara-negara tetangga.
Guru perlu dilatih dan diseleksi ulang. Tingkatkan peran Guru secara total.
Fasilitas sekolah perlu ditingkatan agar murid betah, nyaman, dan aman. tidak merokok, minum alkohol dan nongkrong-nongkrong.
Pendidikan Berbudaya dan Budaya Pendidikan
“Sir Michael Barber, Pearson’s chief education adviser, says successful countries give teachers a high status and have a “culture” of education”
Negara yang berhasil yakni negara yang menempatkan guru sebagai status yang tinggi dan terhormat serta negara yang memiliki suatu ‘Budaya’ Pendidikan bahkan Pendidikan Berbudaya.
“Di banyak negara, saya sering menyaksikan siswa sekolah atau mahasiswa aktif berdiskusi dengan guru atau dosennya.” ungkap Rhenald Kasali
Artinya, pendidik yang baik harus cekatan melayani diskusi, bukan meringkas isi buku. Kurikulum 2013 harus mengubah kebiasaan siswa yang malas berpikir menjadi aktif mengeksplorasi dengan lebih percaya diri dari tingkat TK sampai SMA.
Salam metal!
Prolog:
Kartu ini bukan untuk membayar iuran sekolah, karena biaya sekolah sudah ditanggung. Kartu ini hanya dapat digunakan untuk membeli seragam, buku, uang transportasi dan gizi (membeli makanan).
Untuk siswa SMA dan SMK akan diberikan Rp 240 ribu per bulan, SMP Rp 210 ribu per bulan, dan SD Rp 180 ribu per bulan.
Syaratnya, harus ada SKTM dan murid berprestasi berdasar rekomendasi Sekolah ke Dinas.
Analogi:Program ini seperti program Bpk. SBY bernama BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang diberikan ke orang kurang mampu.
Tapi ini diberikan ke Murid kurang mampu. Berhasilkah program BLT?
Analisis:Apakah murid membeli seragam setiap bulan? Apakah mereka membeli buku setiap bulan juga? Apakah murid akan pasti membeli minyak ikan atau madu, jangan-jangan beli rokok? Apakah biaya transportasi Murid SD, SMP dan SMA berbeda? akankah mereka naik angkutan umum atau naik sepeda motor? bagaimana dengan murid yang naik sepeda dan berjalan kaki? Bagaimana cara konkrit mereka diawasi dalam pembelian tiap seragam, buku, transport, dan gizi? apakah angkot ada ‘bon’/ ‘recipt’/ ‘bill’/ struk pembayaran?
Saran:1. sebaiknya murid tidak perlu beli seragam dengan uang dari ATM DKI, tapi langsung diberikan oleh sekolah ke murid. Bagi yang baru daftar, langsung dapat seragam gratis. Toh, biaya sekolah pun bisa gratis. biaya per bulan tersebut utk membiayai seragam ini langsung aja.
2. untuk buku, buku apa yang wajib/ perlu dibeli? sesuaikan dengan kurikulum 2013. Kan, sudah tidak pakai buku lagi di kurikulum baru. semua sudah pakai BSE (Buku sekolah Elektronik). kurikulum 2013 berisi tematik bukan paper-based lagi kok. Setiap orang/ murid bisa unduh tuh di Internet. Gratis tis tis.
3. untuk biaya transportasi tidak perlu diberikan. yang perlu diperbaiki adalah sistem tranportasi umum yang murah dan cepat untuk siapa saja. atau buatkan Kartu Jakarta Pintar sebagai akses untuk naik kendaraan umum, sehingga pelajar tersebut bayarnya dengan murah (harga pelajar).
4. untuk gizi, sebaiknya sekolah/ kantin menyediakan jajanan asupan gizi seperti madu, temu lawak, minyak ikan, dsb. dengan menunjukkan KJP, murid akan mendapat harga yg lbh murah bahkan gratis.
Sebaiknya Gebrakan Jokowi juga dengan membuat sistem belajar-mengajar yang berbeda juga dengan mutu kualitas yang lebih baik, seperti negeara-negara tetangga.
Guru perlu dilatih dan diseleksi ulang. Tingkatkan peran Guru secara total.
Fasilitas sekolah perlu ditingkatan agar murid betah, nyaman, dan aman. tidak merokok, minum alkohol dan nongkrong-nongkrong.
Pendidikan Berbudaya dan Budaya Pendidikan
“Sir Michael Barber, Pearson’s chief education adviser, says successful countries give teachers a high status and have a “culture” of education”
Negara yang berhasil yakni negara yang menempatkan guru sebagai status yang tinggi dan terhormat serta negara yang memiliki suatu ‘Budaya’ Pendidikan bahkan Pendidikan Berbudaya.
“Di banyak negara, saya sering menyaksikan siswa sekolah atau mahasiswa aktif berdiskusi dengan guru atau dosennya.” ungkap Rhenald Kasali
Artinya, pendidik yang baik harus cekatan melayani diskusi, bukan meringkas isi buku. Kurikulum 2013 harus mengubah kebiasaan siswa yang malas berpikir menjadi aktif mengeksplorasi dengan lebih percaya diri dari tingkat TK sampai SMA.
Salam metal!
Posting Komentar