Bahasa Sumsang Lagi

Jumat, 20 Juli 2012 | komentar (2)



Mengutip tulisan teman saya di jejaring sosial Facebook “…ternyata Bahasa Indonesia itu sulit, berbanggalah bisa berbahasa Indonesia…”, menginsiprasikan saya untuk menanggapi pernyataannya  dalam tulisan ini. Tanggapan pertama, saya ingin membuktikan bahwa Bahasa Indonesia itu tidak sulit. Namun, para pengguna Bahasa Indonesia lah yang belum memiliki kecintaan yang tinggi terhadap Bahasa Indoensia serta budayanya. 
Ini mengakibatkan terjadi kekeliruan penggunaan Bahasa Indonesia sehari-hari bahkan penggunaan yang terbolak-balik atau disebut bahasa sumsang. Tidak jarang kita selalu menyebut kata ‘absen’ untuk mengisi daftar hadir dalam dunia kerja maupun sekolah. Seorang teman kerja kita berkata, “saya mau absen masuk dulu, takut terlambat.” Di sekolah, sang guru berseru, “Bapak mau absen kalian dulu satu per satu, baru kita mulai pelajaran.” Di kampus, untuk dapat mengikuti ujian akhir, mahasiswa harus memenuhi 80% kehadiran. Maka dari itu, seorang teman suka ‘titip’ absen ketika pelajaran di kelas akan dimulai.    
Kata ‘tidak bergeming’ juga kerap kali dipakai kala kita mengkritik pemerintah. “Jalan raya sudah pada rusak, tapi pemerintah tidak bergeming, sepertinya dibiarkan rusak.” Padahal, arti ‘geming’ ialah tidak bergerak atau diam saja. Jadi, ‘tidak bergeming’ artinya ‘tidak diam saja’ alias ‘bergerak/ bertindak’. Loh, mengapa terbalik? Maksud hati ingin mengatakan kalau pemerintah hanya diam saja dan tidak memperbaiki jalan rusak, tetapi makna kalimat sebenarnya tidak demikian, justru makna sebaliknya yang sampai. 
Sama halnya ketika kita merasa kedinginan di dalam suatu ruangan dengan AC. Kita suka menyuruh teman kita untuk ‘menurunkan (suhu) AC-nya’. Padahal, semakin diturunkan suhu AC, semakin dingin pula keadaan ruangan. Pasalnya, titik beku ialah pada suhu 0 derajat celcius, dan titik didih ialah 100 derajat celcius. Maksud kita ingin menaikkan suhu agar tidak dingin lagi, tapi makna kata menjadi keliru.
Begitu juga dengan kebijakan pemerintah yang ditulis besar-besar di setiap sudut ruangan, “Bebas Rokok”. Tersua juga tulisan “Kampus ini bebas Narkoba”. Setiap hari minggu Pemprov DKI memberlakukan “Hari Bebas Kendaraan” di Jalan Sudirman hingga Jalan M.H. Thamrin Jakarta. Kata bebas tersebut semestinya ditambah kata ‘dari’ menjadi “Bebas dari Rokok”, “Kampus ini bebas dari Narkoba” dan “Hari Bebas dari Kendaraan”. Alasannya, kata ‘bebas’ berasal dari ‘free of’ dalam frasa “free of smoke”, “free of drugs”, dan “free of charge”. Kata depan ‘of’ tidak diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang mengakibatkan maknanya terbolak-balik.
Dalam bungkus rokok tertulis “PERINGATAN PEMERINTAH: MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN”. Kata ‘menyebabkan’ berasal dari ‘sebab’ yang menyatakan alasan. Seperti dalam kalimat itu, kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin merupakan akibat bukan sebab. Jadi, mengapa menggunakan kata ‘menyebabkan’? seharunsnya kan ‘mengakibatkan’ karena menyatakan hasil bukan alasan. Inilah contoh bahasa sumsang. 
Tanggapan kedua, bahwa saya bangga bisa berbahasa Indonesia dan menjadi orang Indonesia. Akan tetapi, orang cenderung menggunakan bahasa asing dalam setiap kegiatan, bahkan pemerintah tiap kali mengadakan acara. Tengok saja, “Jakarta Fair”, “Tour de Singkarak”, “Indonesia Super League”,  “Busway”, “Residence”, “Superblock” dan acara televisi “Kick Andy”, “Opera Van Java” dan sejenisnya. Sungguh kebanggaan yang sumsang.

Share this article :

+ komentar + 2 komentar

22 Juli 2012 pukul 08.00

Heheheehee.. ada betulnya juga bahasa Indonesia lebih sulit. Buktinya dulu waktu UAN, nilai bhs.Inggris lebih mendingan dari pada bhs.Indonesia! hahaha
itu bukan Indonesia Super League, tapi Indonesian Super league, dan yang satunya lagi Indonesian Premiere League. :D

22 Maret 2013 pukul 20.18

Menurut saya bahasa indonesia itu kata-kata yang ada terlalu panjang. Dibanding Bahasa inggris yang banyak cuma 1 frase saja. Misal: "I hate You" hanya 3 penggal frase. Kalau diindonesiakan: "Aku cinta kamu" menjadi 6 frase. Misal: " I got a lot to say, I can't remember now" hanya 12 frase, yang lebih dari 1 frase hanya 1 kata saja. Kalau diindonesiakan " Ada banyak hal yang akan kukatakan, aku tak bisa mengingatnya sekarang" walah jadi panjang banget. Seorang teman sering menyingkat Bahasa Indonesia yang diucapkannya. Misal: " Ngopi Dulu Kawan-kawan!" jadi "Ngop Dul Guys!". He Ok, maaf kalau salah namanya juga iseng. Iseng tapi panjang, dalam english " See You!"

Posting Komentar

 
© 2012 Bahasa, Budaya, Penerjemahan - Ridwan Arifin

Template : Mas Template
Edited :
Toko Online Perlengkapan Haji dan Umrah
BERANDA | KEMBALI KE ATAS