Semakin lama saya semakin bingung dengan masyarakat Indonesia yang cenderung lebih senang menggunakan bahasa Asing ketimbang bahasa Indonesia. Padahal, pendekar bahasa Indonesia sekaligus munsyi, Anton M. Moeliono, menyarankan Rembuk Nasional daripada National Summit dan Dian Purba menegaskan alih-alih Tour d’Indonesia, lebih baik Jelajah Indonesia (KOMPAS, 4 Desember 2009)..
Ketika menuju daerah Blok M, saya dikejutkan dengan 3 kesalahan penggunaan bahasa asing sekaligus. Di depan saya melintas mobil dinas PLN dengan tulisan berbahasa Inggris Say No to Theft Energy. Selain itu, saya melewati sebuah warnet terpampang tulisan besar Game Online. Mengapa bukan Energy Theft dan Online Game? Bukannya pola bahasa Inggris itu M-D (Menerangkan-Diterangkan)?
Parahnya lagi, ketika bis TransJakarta berhenti di halte Monas, pengumuman tentang pemberhentian berikutnya yang berbahasa Inggris terdengar seperti ini Checks your belonging and step carefully. Dengarkan baik-baik kata Check! Yang pernah saya pelajari, setiap kata perintah tidak perlu akhiran -s atau -es. Contohnya Open the door! Close the window! Check your belongings! Saya ingin pinjam istilah untuk gejala ini dari Remy Sylado: nginggris!
Begitu juga dengan Tour d’Indonesia yang salah. Prima Sulistya W. (pebahasa Perancis) menjelaskan bahwa apostrof dalam bahasa Perancis hanya digunakan apabila preposisi bertemu dengan kata yang diawali dengan vokal atau huruf h. Jadi, kalau masih belum siap berbahasa asing, gunakan dan cintai bahasa Indonesia! Mengapa harus gengsi?
Jakarta, 28 Desember 2009
Posting Komentar